1. Apakah yang dimaksud dengan liturgi?
Liturgi berasal dari dua kata Yunani, laos (umat) dan ergon (pekerjaan). Jadi, liturgi adalah pekerjaan umat. Atau, umat yang sedang bekerja. Berarti, liturgi merupakan peraturan yang ditetapkan bagi umat yang sedang bekerja. Bagi Alkitab, kerja dan ibadah adalah dua hal yang sama, bukan terpisah. Kerja dan ibadah sama-sama ditujukan untuk kemuliaan Allah.
2. Apa yang selama ini salah dipahami tentang liturgi?
Bahwa liturgi sama dengan urutan mata acara ibadah hari Minggu, yang dibuat secara kaku, dibumbui oleh lagu-lagu himne kuno, khususnya yang selama ini dilakukan di dalam gereja-gereja tradisional, seperti GKMI Kudus, GKI, GPIB, dsb. Dampaknya, banyak kaum muda yang tidak dapat mengapresiasi liturgi dengan benar.
3. Apa yang dimaksud dengan Liturgi Ibadah Reformed?
Ibadah Reformed adalah ibadah yang berasaskan peraturan yang ditetapkan bagi umat Allah (Mzm. 122.4). Ibadah ditata menurut logika Kitab Suci yang disebut “sejarah penebusan” atau redemptive history. Sejarah penebusan mengemukakan tema-tema yang menjadi dasar ibadah Reformed:
PENCIPTAAN --> VOTUM dan SALAM
KEJATUHAN DOSA --> PENGAKUAN DOSA
PEMILIHAN ANUGERAH --> BERITA ANUGERAH
HUKUM TAURAT --> PETUNJUK HIDUP BARU
INKARNASI FIRMAN --> SABDA
UCAPAN SYUKUR --> PERSEMBAHAN
TERANG BAGI BANGSA-BANGSA --> DOA SYAFAAT
KONSUMASI (KESEMPURNAAN) --> PENGUTUSAN
4. Mengapa liturgi ibadah Komisi Remaja Metanoia ditata dalam kerangka “sejarah penebusan”?
Kita memahami bahwa ibadah bukan ditujukan untuk menyenangkan manusia, tetapi untuk Allah. Sebab, beribadah itu sama halnya dengan bekerja bagi Allah. Karena itu, pertimbangan utama untuk menata ibadah kita bukanlah selera kontemporer dan gaya beribadah yang up to date, tetapi apa yang diwajibkan oleh kesaksian Firman Allah.
5. Bagaimana kedudukan ibadah yang ditata menurut “sejarah keselamatan” dengan ibadah yang dilakukan di persekutuan-persekutuan baru dewasa ini?
Ibadah kini telah menjadi tontonan yang menggairahkan. Ibadah tidak dapat dibedakan lagi dengan entertainment. Hal ini terjadi oleh karena ibadah telah kehilangan aspek vertikalnya—sebagai persembahan bagi Allah—dan telah mengarah kepada aspek horisontal. Ibadah yang sejati ditujukan bagi Allah, dengan satu keyakinan bahwa ketika Allah ditinggikan maka segala berkat rohani di dalam surga akan Allah karuniakan kepada jemaat-Nya (Ef. 1.3)
6. Bagaimana dengan lagu pujian untuk ibadah bercorak Reformed?
Rasul Paulus menyebut tiga jenis nyanyian umat: mazmur (psalmos), himne atau kidung pujian (hymnos) dan nyanyian rohani (ōdē). Rasul menasihati jemaat dalam Efesus 5.19, “dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyilah dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.” Demikian juga dalam Kolose 3.16, “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.” Maka, sebagai remaja-remaja masa kini hendaklah kita tidak mengabaikan kidung-kidung Gereja yang diwariskan selama berabad-abad dan telah dinyanyikan oleh umat Allah di segala tempat.
7. Bagaimana dengan lagu-lagu kontemporer?
Kesaksian Firman Tuhan menyatakan, “Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!” (Mzm. 33.3; 96.1; 98.1; 149.1; Yes. 42.10). Berarti, kita diperbolehkan bahkan didorong untuk berkreasi dalam pengadaan lagu-lagu baru. Kita tidak dilarang juga untuk menyanyikan lagu-lagu baru. Tetapi, kita harus selalu selektif dan memeriksa pengajaran lagu itu dan memikirkan implikasi-implikasi teologis sesuai dengan kesaksian Firman Tuhan secara utuh.
8. Bagaimana seharusnya kita memimpin ibadah?
Hendaklah kita sungguh-sungguh mempersiapkan diri. Baik secara materi (kata-kata yang akan disampaikan dan segala persiapan teknis), dengan melatih diri sebaik-baiknya. Di samping itu, janganlah lupa bahwa ibadah itu ditujukan bagi Tuhan dan bukan bagi manusia, serta setiap pelayan ibadah sesungguhnya mendapat hak istimewa untuk melayani Allah. Maka, hendaklah kita tidak lupa berdoa, mengambil waktu untuk membaca firman Allah dan merenungkannya secara pribadi, mengucap syukur untuk kepercayaan yang Allah berikan, serta mendoakan rekan-rekan yang akan bersama-sama kita melayani ibadah.
9. Motivasi seperti apakah yang seharusnya dimiliki oleh setiap pemimpin ibadah?
Bahwa saya sedang melayani Allah, bukan karena jadwal, bukan pula karena motif-motif lain yang terselip dalam hati. Sebab itu, saya akan membuang semua perasaan rendah diri, ataupun kesombongan diri, dan mengarahkan hati saya semurni-murninya bagi Allah semata. Allah saja yang saya layani.
10. Bagaimana doa setiap pelayan ibadah liturgi Reformed?
“Hatiku kupersembahkan kepada-Mu, ya Tuhan, dengan tulus dan siap sedia.”
TERPUJILAH ALLAH!
No comments:
Post a Comment