Prenz, ini alamat baru biar lebih gampank ngingetnya. Ocheee????

www.metanoiaku.co.cc

Friday, January 26, 2007

Gilirannya Kevin nyang Boboxxx . . .


Ohh, betapa damainyaa . . .

Penampakan Lagi . . .


Korem digoncang penampakan lagi . . . Kali ini, siapa yang menampakkan diri??? Jalangkung? Genderuwo??? Gundul pecengis . . .??? Embuh wiiss . . . .

Rehat, Foto Kenangan


Innalilallii Dave, porsi muakanmu sebuanyak gitu . . . ??? Lha sekarang gimana? Gawat nich kalo ada acara makan-makan di Korem . . .

Cool Lagi Bobox

Kompeni bobox . . . Eh, nich foto tahun 1800-an yach???

Rehat: 2 Anak Hilang?

Kalau di Alkitab ada Anak Bungsu yang Hilang . . . Lho, kok di sini ada 2 Anak Hilang????

Thursday, January 11, 2007

Sapa tucchh ya???


Waduh, waduh, sooo sweeeeettt, euy? Sapa tuchh ya nyang kepotret bagian belakangnya???

Bang Yos Tersungging . . .


WAAHHH, YOS MEMBUANG MUKA? Lagi bUTUH tATIH-tAYANK, ya Yosss???

Mr. Cool's Thing!!!

HOW COOL ARE YOU???
Oohh, lagi ada apa nich?? Koq gambarnya gak jelas, yoo rek?


Deg-degan, yo Wiinnnn??? Kompeni koq isinan??!!







Edwin kehilangan nyaliii . . .





Huehehehe . . . Ono opo, Win, koq ndadak suruh orang diam? Gak bisa berkata-kata lagi, yaa???




Iman Reformed & Bertumbuh dalam Anugerah

IMAN REFORMED DAN BERTUMBUH DI DALAM ANUGERAH

NINDYO SASONGKO



Perkenalan Pertama dengan Iman Reformed

Berlabuh ke dermaga keyakinan iman Reformed adalah perjalanan panjang bagi saya. Semula, saya terkaget-kaget ketika mendengarkan ajaran bahwa seseorang dapat percaya oleh karena dilahirkan terlebih dahulu. Bahwa kelahiran kembali mendahului iman dan percaya seseorang. Apalagi ketika saya menerima pengajaran pemilihan anugerah sebelum dunia dijadikan. Bagaimana mungkin? Selama ini, soteriologi (doktrin keselamatan) yang saya terima tidak seperti itu! Saya bisa menunjukkan ayat-ayat yang mendukung paham bahwa keselamatan itu diterima oleh karena kehendak bebas manusia yang mau percaya atau menolak keselamatan yang ditawarkan. TITIK! Saya mampu menghafal banyak ayat, dan sewaktu katekisasi, yang saya ikuti sampai empat kali!, kesangat-seriusan saya tunjukkan dengan mengajukan pertanyaan dalam setiap sesi pertemuan.

Tetapi, suatu waktu di tahun 1997 itu benar-benar menggoncang hati saya! Seorang mahasiswa praktik dari Sekolah Teologi Bandung bernama Kak Rudiyanto mengajarkan sesuatu yang belum pernah saya dengar! Sesuatu yang asing! Tapi terus terang, uraian atas Efesus 1.3-14; 2.1-10; Roma 8.29-30 serta Yohanes 3 itu sedemikian bening, kebenaran-kebenaran firman tersebut menusuk tajam dan tak terbantahkan. Saya mengalami krisis dan pergulatan pemikiran. Tak seorang pun menyukai bila bangunan pemikiran di kepala diporak-porandakan. Tetapi,
the truth is the truth!

Benarkan iman Kristen itu “agama yang berdasarkan anugerah”? Ya, karena keselamatan itu bersumber dari kasih Allah Bapa yang kekal yang memilih satu umat pilihan, dan Kristus menebus kaum pilihan itu, serta Roh Kudus menjadi jaminan sehingga kaum pilihan menerima janji keselamatan itu sepenuh-penuhnya. Dan, bahwa kelahiran baru itulah yang menyingkapkan finalitas karya penebusan Kristus, dan yang memampukan seseorang untuk percaya. Itulah masa ketika saya berkenalan dengan doktrin anugerah yang sejati.

Di Seminari Alkitab Asia Tenggara

Pertengahan tahun 1998, saya memasuki sebuah seminari Injili di jantung kota Malang, Jawa Timur, yaitu Seminari Alkitab Asia Tenggara. Seminari ini bukan sekolah teologi beraliran Reformed! Para mahasiswanya diperbolehkan untuk mencari dan menggali teologinya sendiri-sendiri. Meski banyak dosen yang berkeyakinan Reformed tradisional, ajaran ini tidak pernah disebut-sebut secara transparan baik di mimbar maupun di kelas-kelas. Bahkan, banyak orang di sana yang cukup alergi dengan istilah tersebut.

Iklim keterbukaan itu saya manfaatkan sebaik-baiknya. Selama di seminari, saya bertekad untuk belajar dengan giat. Semangat belajar kala itu adalah, mencuri start! Saya mendisiplin diri untuk belajar terlebih dahulu apa yang orang lain belum pelajari. Mata kuliah yang paling menawan hati saya adalah biblika dan teologi sistematik (dogmatika) dan kontemporer (pemikiran-pemikiran para teolog abad XX). Lumayan, sekolah itu memiliki perpustakaan yang sangat baik dan selalu di-update buku-buku terbaru. Dengan kemampuan membaca dalam bahasa Inggris yang sudah saya latih sejak SMP kelas 1, tidak satu hari pun saya lewatkan untuk mengunjungi perpustakaan dan berburu ilmu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya (kecuali hari libur). Harga yang harus saya bayar adalah, mengurangi tidur.

Kakak-kakak tingkat akhir beberapa kali berkomentar, “Biasa, mahasiswa baru, masih rajin-rajinnya,” kalau mereka melihat saya membaca buku di lorong asrama, oleh karena lampu kamar harus sudah dimatikan pada pukul 22.30. Hingga pukul 01.30 dini hari, seorang diri saja saya asyik membaca di bawah lampu neon lorong berdaya 20 Watt, tengah-tengah embusan angin malam kota Malang yang sangat dingin dan menusuk tulang. Saya ingat, buku teologi sistematik pertama yang saya baca habis di seminari adalah Our Reasonable Faith, karya Herman Bavinck, seorang teolog Reformed Belanda yang menjabat profesor dogmatika di Universitas Vrije, Amsterdam. Buku itu tebalnya kira-kira 500 halaman. Ini terjadi di semester I.

Perkenalan saya dengan Bavinck membuat saya makin yakin bahwa iman Reformed tidak sesempit perdebatan doktriner mengenai keselamatan pribadi, atau tentang predestinasi. Suatu pemandangan yang betul-betul grandiose mengenai penciptaan dan karya Allah dari awal sampai akhir saya temukan di dalam iman Reformed. Inti dari iman Reformed adalah “keagungan Allah” atau “kemuliaan Allah.” Etos Reformed diringkaskan dalam semboyan “soli Deo gloria!” Saya menarik diri dari kesibukan untuk memperdebatkan bagaimana keselamatan seseorang setelah ia mati. Bukan karena hal ini tidak penting, tetapi saya menemukan bahwa jantung hati iman Reformed jauh lebih luas dan jauh lebih dalam daripada keselamatan individu: yakni bagaimana kemuliaan Allah hadir dan dinyatakan di dalam ciptaan-Nya.

Luther dan kaum Lutheran memberikan warisan yang berharga mengenai doktrin “pembenaran melalui iman,” dan karya-karya dogmatika yang hebat. Gerakan Anabaptis memberikan teladan kemuridan yang radikal, untuk berani menjadi seperti Kristus dengan menaati sabda-sabda-Nya. Kaum Pietis membenamkan diri pada keintiman hubungan pribadi dengan Allah. John dan Charles Wesley mewariskan semangat pemberitaan salib Kristus yang menebus manusia. Tetapi iman Reformed menghayati Kekristenan seperti yang diucapkan oleh Prof. Dr. Abraham Kuyper, “There is not an inch in the whole area of human existence of which Christ, the sovereign of all does not cry, ‘It is Mine.’” Mari kita camkan, keseluruhan wilayah kehidupan manusia dikuasai oleh Kristus! Dengan perkataan lain, pengenalan akan Kristus tidak hanya berhubungan dengan surga setelah kematian, tetapi juga kehidupan sekarang ini. Itulah sebabnya, iman Reformed berjuang bukan supaya setiap orang Kristen berduyun-duyun masuk ke surga! Tetapi, bagaimana Kristus dapat mentransformasi kebudayaan di mana kita ditempatkan, demi kemuliaan Allah.

Masa-masa Menarik Diri

Pergumulan intelektual tidak berhenti sampai di sini. Terus terang, saya tidak suka menelan mentah-mentah setiap kuliah dari dosen. Merasa gerah dengan hal-hal yang langsung jadi dan instan, saya selalu berusaha meruntut bagaimana kesimpulan itu bisa ditarik demikian. Sumbernya apa? Metodenya bagaimana? Saya pun sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis. Banyak kali, pertanyaan itu tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Betapa sangat kecewa hati ini ketika pada suatu kali seorang dosen memanggil saya ke kantornya dan mengatakan, “Kamu dinilai sombong.” Ooh, dalam hal apa? Apakah karena pertanyaan-pertanyaan itu? Karena saya sering pinjam buku? Karena saya punya buku yang lumayan jumlahnya? Saya mencoba meminta klarifikasi. Namun, saya tidak pernah mendapatkan jawabannya. Sampai hari ini.

Saya memilih menarik diri. Betul-betul saya merasakan ketidaknyamanan, insecurity, dan perasaan dicurigai. Namun, masa ini tidak saya pakai untuk mengasihani diri, ataupun menjadi orang yang bukan diri saya. Ingat selalu akan tekad masuk ke seminari, saya pun terus belajar. Tempat yang saya rasa aman untuk diri saya adalah kamar dan perpustakaan. Sebab, di kedua tempat itu ada buku-buku. Sementara waktu saya tidak bersikap aktif di kelas, tetapi saya toh mempunyai komunitas yang tiap hari berjumpa dan berdiskusi mengenai gereja dan teologi yang operatif. Sambil menghirup kopi panas! Kami menamakan diri kelompok “B. S. H.” (kepanjangannya bisa ditanyakan kepada Kak Moses).

Di masa-masa ini, saya bergulat dengan Yesus Sejarah. Yesus Sejarah adalah kajian ilmiah mengenai pribadi Yesus yang hadir dan berkiprah di dalam sejarah. Penyelidikan ini menggali seluk belum dan hal ikhwal siapa Yesus sesungguhnya. Saya membaca buku-buku tentang hal ini, dari golongan konservatif yang meninggikan Yesus sebagai Tuhan sampai dengan golongan ekstrem liberal yang tidak percaya Yesus sebagai pribadi istimewa. Melalui kawan yang tengah bersekolah di Amerika Serikat, saya memesan buku kontroversial The Historical Jesus: Life of a Mediterranian Jewish Peasant karya John Dominic Crossan. Hampir-hampir saya diyakinkan oleh isi buku ini, hingga akhirnya saya menjumpai banyak kelemahan argumentasi dan data yang diajukan, serta kecacatan perekonstruksian kehidupan Yesus. Ia mau melepaskan Yesus dari konteks zaman dan pergulatan orang-orang Yahudi pada waktu itu. Rival yang sebanding dengan buku itu adalah Jesus and the Victory of God karya N. T. Wright.

Sejak saat itu, cara pandang saya terhadap kesaksian firman Tuhan berbeda. Bukan menjauhi iman Reformed, tetapi sebaliknya, malahan semakin dekat. Di dalam iman Reformed kesejarahan Yesus dapat dipertanggungjawabkan. Yesus diakui sebagai Mesias, dan kemesiasan Yesus makin terang benderang manakala diletakkan dalam matra teologi “kovenan” (ikatan perjanjian). Tak mungkin merekonstruksi kehidupan Yesus di luar pertanyaan apakah rencana Allah perjanjian kepada umat pilihan-Nya, yaitu Israel. Dan perlu diingat, iman Reformedlah yang mengajarkan “teologi perjanjian” dengan kepatuhan yang tinggi kepada Alkitab.

Menyitir Philip Yancey, inilah the Jesus I never knew! Mengapa Yesus dekat dengan orang-orang miskin dan tersisih? Bukan seperti “pahlawan kesiangan” yang ingin menjadi hero bagi kaum tertindas; Yesus yang sejati justru menampilkan diri sebagai pelindung. Ia yang menghadapi kuasa globalisasi pada zaman itu (Kaisar), lengkap dengan semua sistemnya yang lalim. Ia adalah Mesias, dan Dia pula yang menghadang Bahaya Besar yang hendak menerjang umat Allah, dan bahaya itu ditimpakan ke atas-Nya.

Maka sekarang, sebagai implikasinya, umat Allah yang telah dibebaskan oleh Kristus dari bahaya besar, dengan gagah berani mengklaim apa yang telah ditindaki oleh Kristus itu. Umat Allah tidak perlu takut menghadapi ancaman global, sebaliknya justru bergegas dan bersegera untuk membenahi hidup dan lingkungan tempat mereka tinggal, dan tidak mau ditundukkan oleh pola hidup globalisasi dan imperialisme gaya baru.

Memasuki Pelayanan Gerejawi

10 November 2002, saya mulai menjalani masa praktik satu tahun di sebuah gereja GKMI di kota Semarang. Masa praktik tidak saya pakai sekadar untuk melakukan kegiatan rutin di gereja, tetapi juga melakukan observasi kehidupan bergereja secara umum. Waktu berjalan, dan saya makin bingung. Kelima GKMI dewasa di kota besar Semarang memiliki corak dan gayanya sendiri-sendiri. Sampai di sini tidak masalah buat saya. Tetapi pertanyaan saya lebih lanjut adalah, dasar apa yang menjadi patokan berpijak dalam bergereja? Ada yang bercorak sangat kontemporer, ada yang bergaya Jawa, ada yang berada di “persimpangan jalan.”

Lebih dalam saya melakukan pengamatan, saya temukan bahwa gereja-gereja di kota Semarang ramai-ramai berkiblat kepada satu gereja kontemporer (berhaluan kharismatik) yang tengah jaya wijaya pada saat itu (sampai saat ini pula). Gereja ini berhasil menarik massa yang luar biasa! Haluan bergereja di kota Semarang, secara sadar atau tidak, amat dikendalikan oleh besaran-besaran jumlah dan kelengkapan fasilitas dalam gereja. Dalam beberapa kali percakapan, saya mendengar, gereja A mengadakan Natal dengan sentuhan lampu-lampu sorot yang super wah!, yang didatangkan dari Jakarta, dan itu adalah pertama kalinya di kota Semarang. Gereja B di akhir tahun memberikan door prize mobil kepada para pengunjung gereja. Di gereja C begini. Di gereja D begitu.

Bukan hanya anak muda, saya menjumpai kaum senior bahkan majelis jemaat GKMI pun tertarik untuk mengikuti kebaktian-kebaktian di gereja ini. Pagi hari datang beribadah di GKMI, sore di gereja lain. Alasannya sederhana, musiknya ditata dan dimainkan dengan baik. Ya, lagi-lagi masalah fasilitas, bukan? Benarlah perkataan Dr. Simon Chan dari Singapura; dalam buku yang terkini ia katakan, “We then market the megachurch as the model of a successful church” (Liturgical Theology, 2006:45). Jadi, apakah mengherankan bila kemudian strategi-strategi untuk memenangkan dunia bagi Kristus justru membuahkan gereja yang cara-cara pengelolaan serta nilai-nilainya tidak berbeda dengan lembaga-lembaga di dunia ini?

Coba sekarang kita pikirkan, bagaimana para pemimpin rohani yang berada di persimpangan jalan, dalam “persaingan” gereja seperti ini? Tantangan pertama adalah meniru atau mengkopi pola-pola yang ada di megachurch; kesulitan dalam hal ini ialah bahwa gereja kecil selalu kalah pada masalah kapital (modal uang) dibanding gereja mega yang akan selalu meng-update fasilitas serba mewah. Tantangan kedua adalah membangun jejaring dengan para hamba Tuhan yang lain, supaya tidak ketinggalan info, tidak terasing dan tetap mendapat “posisi” di antara gereja-gereja sekota. Tantangan ketiga adalah menjadi “profesional,” dengan memperlengkapi diri dengan kecakapan-kecakapan praktis, “know-how,” dalam masalah administrasi gereja, kepemimpinan serta taktik pemasaran gereja. Intinya, the professional minister must have some marketable skills. Karena itu, para hamba Tuhan semacam “dituntut” untuk mengikuti seminar-seminar motivasi dan pelatihan-pelatihan public speaking (berbicara di depan publik).

Saya bingung. Gereja kehilangan orientasi. Desakan untuk membuat fokus dan visi gereja adalah besaran-besaran kuantitatif (jumlah jemaat). Sekali lagi, saya harus menarik diri. Dengan terus terang, saya membuka diri sebagai seorang Reformed, sebab hanya iman Reformed saja yang berani mengevaluasi ajaran dan praktik bergereja berdasarkan maksud bagi pujian dan kemuliaan Allah saja. Panggilan untuk menjadi seorang reformed pastor-lah yang membuat saya tidak berniat untuk turut menjadi limbung di tengah-tengah godaan bergereja yang kini diukur dengan besaran-besaran kuantitatif. Konsekuensinya saya tahu benar! Mungkin tidak akan pernah populer, massa yang mengikuti saya sedikit, tidak akan menikmati fasilitas gereja yang lux, dsb., dsb. Namun, itulah jiwa Reformed:
simplicity and hard work!

Visi Hidup yang Makin Terang

Hati saya kini bergirang! The truth sets me free! Masa-masa aloneness bukan menjadi loneliness yang tiada gunanya! Saya menemukan kebenaran dan kekuatan iman Reformed setelah bergumul sekian lama. Dibesarkan dalam tradisi Anabaptis-Mennonite, mengenal iman Reformed, bergumul dengan Yesus Sejarah, dan pada akhirnya saya menghayati kebenaran iman Reformed sebagaimana yang terlukis dengan begitu jelas di dalam “teologi perjanjian.” Sambil merenungkan kehidupan bergereja, saya makin disadarkan, “the glory of God and his purpose in the world are more important than the salvation of one’s soul” (John H. Leith).

Coba simak teladan kehidupan Yohanes Calvin seperti tercermin dalam sepucuk surat yang dilayangkan kepada Guillaume Farel (Agustus 1541) berikut ini.

Sebagaimana maksud saya untuk melanjutkan perjalanan, inilah perasaan saya saat ini: jika saya mempunyai pilihan, tidak ada yang lebih sulit untuk saya sepakati kecuali mengikuti nasihat Anda. Namun ketika saya mengingat bahwa saya bukan lagi milik saya sendiri, saya mempersembahkan hati saya, sebagai suatu kurban bagi Tuhan . . . Mengenai diri saya sendiri, saya protes bahwa saya tidak memiliki hasrat lain, untuk memikirkan hal-hal lain tentang diri saya, tetapi tertuju sepenuhnya hanya bagi kemuliaan Allah dan kepentingan Gereja . . . Namun saya benar-benar sadar, dengan Allahlah saya sedang berurusan, yang di hadapan-Nya bayangan-bayangan seperti itu tak dapat dipertahankan. Maka, saya menyerahkan kehendak saya dan perasaan-perasaan saya, ditundukkan dan diikat erat-erat, demi kepatuhan kepada Allah.

Kalau begitu, bagaimana mungkin saya rela untuk menukarkan iman Reformed dengan yang lain? Ataukah saya sudah purna belajar dan tak lagi memperdalam pengetahuan? Sama sekali tidak. Etos soli Deo gloria justru memacu saya untuk terus belajar sampai saat ini. Saya pun mengajukan tantangan ini kepadamu: Bagaimana mungkin kamu, yang mengerti kedalaman iman Reformed, dan berkali-kali diajar tentang kebenaran ini, kelak saat kamu berada di luar kota, membiarkan dirimu untuk mendengarkan ajaran dari guru-guru rohani yang tidak bertanggung jawab? Atau masuk ke gereja-gereja demi nyamannya perasaan subjektifmu? Atau menjadi anak muda yang bersantai-santai ria?

Setiap anak muda yang mengaku dirinya Reformed pasti akan lebih serius dengan panggilan hidupnya, menjadi seorang Reformed teenager, setelah memahami kebenaran ini:

(1) Serius dalam mencintai kebenaran dan terus belajar untuk mengenal kebenaran, sehingga kamu menjadi orang-orang yang kokoh dan tidak mudah keblinger dan kepincut dengan ajaran-ajaran manis namun merusak kerohanian—ajaran-ajaran yang ujung-ujungnya adalah narsisme.

(2) Serius dalam beribadah dan menjalin hubungan dengan Tuhan dan devosi pribadi (Saat Teduh), sebab kamu sadar bahwa kekuatan dunia ini tak mungkin dapat dilawan dengan kekuatan diri sendiri; Allah saja yang mampu bertindak atas namamu.

(3) Serius dalam belajar, sebab belajar merupakan olah gladi diri, sehingga kamu dapat menjadi penatalayan-penatalayan handal yang Allah tempatkan untuk mengubah kebudayaan; menjadi trend-setter, dan tidak cuman mengekor.

(4) Serius dalam melayani, karena kamu mengerti benar bahwa bila kamu melayani Tuhan sejak masih muda, di masa tua nanti kamu akan menjadi pemimpin-pemimpin gereja yang memiliki prioritas yang jelas dan mampu mengambil keputusan yang benar demi perjalanan gerejamu.

Maukah kamu berdoa bersama saya, doa Yohanes Calvin yang agung itu, “Cor meum tibi offero, Domine, prompte et sincere” (“Hatiku kupersembahkan kepada-Mu, ya Tuhan, dengan segera dan dengan tepat”)? Amin.

TERPUJILAH ALLAH!


leNin_040107

Ketua Panitia Lunglai

Huaaw . . . huaaaaaww . . . Albert nangis?? Kenapa, tucch???
Quuiiizzz!!! Kenapa kakinya Albert yang satu nangkring di bantal sofa??? Ada apakah gerangan??? Tebak yaach!!!



Waduuhhh, Vinnn, aku dah putus asa, ini... Weees, urus kamu aja, yaa???




Dan Ketua Panitia Kemah, beserta seorang kroni dari Sie Akomodasi, yaitu Yonathan Kevin, begadang sampai jam 00.15! Luar biasa. Rekor, Man!!! Awas, jaga kesehatan, n tetap semangat belajar di sekolah loooccchhh!!!!


Semboyan Ketua: "Yang penting tetap sehat, tetap semangat, supaya bisa jalan-jalan dan makan enak. Pokokeee, MAK NYUUUSSS!!!"

Pengumuman Pengurus 2007-2009

Ada apa di tanggal 7 Januari 2007? Rapat Anggota II KRM dan Pengumuman Pengurus Baru 2007-2009

Hooreee, kroni-kroniku banyak!!! Ayo maju, maju . . . Ayo maju!!!
"Ampun, Koh Victor, saya nggak lari dech dipilih jadi pengurus . . . Tapi ndak usah pake dibondo tanganku, too???!!!" Dua orang kroninya Albert N. yang paling kiri berkata.

Ngelirik opo, Bert? Fans kamu buanyak, yaa??? Moga KR Metanoia tambah maju!



"Huh, Koh Victor enak saja ngundang aku jadi Sie Acara, harusnya kan Sie Beres-beres konsumsi," gumam Hana dalam hati. Ooo???

Kami cuma menunggu nasib saja wis . . . Pasrah, pasrah!!!










Adduuhh, malu . . . mosok belum diangkat kok sudah dipajang nde depanne penonton??!! Nanti dianggep narsis . . .










Hehehe . . . Jangan Malu-malu . . . Kucing!!!






APAKAH IMAN REFORMED ITU?


1. Alkitab. Aku percaya bahwa satu-satunya tujuanku di dalam hidup dan mati adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya; dan bahwa Allah mengajar aku bagaimana untuk memuliakan Dia dalam Firman-Nya, yaitu Alkitab, yang Ia telah berikan melalui inspirasi yang tak dapat khilaf dari Roh Kudus-Nya, supaya aku dapat dengan pasti mengenali apa yang harus kupercayai mengenai Dia dan kewajiban yang Ia tuntutkan dariku.


2. Allah. Aku percaya bahwa Allah adalah Roh, tidak terbatas, kekal dan tiada tertandingi dalam segala keberadaan-Nya; satu Allah namun tiga pribadi, Sang Bapa, Sang Putra dan Sang Roh Kudus, Penciptaku, Penebusku dan Pengudusku; yang di dalam kuasa dan hikmat, keadilan, kebaikan dan keadilan-Nya, aku dapat menaruh kepercayaanku.


3. Penciptaan. Aku bercaya bahwa surga dan bumi, dan segala sesuatu di dalamnya, adalah karya tangan Allah; dan segala yang Ia telah buat Ia kendalikan dan perintah dalam semua geraknya; sehingga mereka memenuhi tujuan akhir untuk apa mereka diciptakan, dan aku yang percaya kepada-Nya tidak akan dipermalukan tetapi mendapat peristirahatan yang aman dalam perlindungan kasih-Nya yang mahakuasa.


4. Manusia. Aku percaya bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, dalam pengetahuan, kebenaran dan kekudusan, dan dibawa masuk ke dalam suatu perjanjian kehidupan dengan Dia, untuk mematuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh Dia; dan karena keberdosaan oleh kesengajaan melawan Allah, manusia jatuh ke dalam dosa dan sengsara, di mana saya pun mengambil bagian di dalamnya ketika saya dilahirkan.


5. Kejatuhan. Aku percaya bahwa, setelah jatuh di dalam keberdosaan Adam, moyang percayaku, secara natur aku ini adalah anak kemurkaan, di bawah penghukuman Allah dan rusak di dalam tubuh dan jiwa, condong kepada kejahatan dan terpaut kepada kematian yang kekal; dalam keadaan menyedihkan ini tak mungkin bagiku untuk dilepaskan, kecuali melalui anugerah yang tak terperi dari Allah Juruselamatku.


6. Anugerah. Aku percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkan dunia ini binasa di dalam keberdosaannya, tetapi oleh karena kasih-nya yang besar kepada dunia ini, maka sejak kekekalan Ia telah berkenan memilih bagi diri-Nya sendiri sekumpulan besar umat yang tak dapat dihitung, untuk membebaskan mereka dari dosa dan sengsara mereka, dan dari mereka Allah membangun Kerajaan kebenaran-Nya di atas dunia: di dalam kerajaan itulah aku dimantapkan bahwa aku memiliki bagian, jika aku berpegang teguh kepada Kristus.


7. Kristus. Aku percaya bahwa Allah telah menebus umat-Nya bagi diri-Nya sendiri melalui Yesus Kristus Tuhan kita; yang meskipun Ia dulu dan untuk seterusnya adalah Anak Allah yang kekal, namun demikian Ia dilahirkan dari seorang perempuan, dilahirkan di bawah kuasa hukum Taurat, supaya Ia dapat menebus mereka yang berada di bawah kutuk hukum Taurat: Aku percaya bahwa Ia mengangkut hukuman atas dosa-dosaku ke atas tubuh-Nya di kayu salib, dan memenuhkan dalam diri-Nya sendiri ketaatan yang harus aku tanggung oleh sebab tuntutan kebenaran Allah, dan kini mempersembahkanku di hadapan Bapa-Nya sebagai harta milik yang telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar, sebagai puji-pujian bagi kemuliaan anugerah untuk selama-lamanya: dan dengan demikian aku menahan diri untuk memegahkan kebaikan-kebaikanku, sehingga aku hanya menaruh kepercayaanku hanya di dalam darah dan kebenaran Yesus Kristus Penebusku.


8. Tuhan. Aku percaya bahwa Yesus Kristus Penebusku, yang mati bagi pelanggaran-pelanggaranku telah dibangkitkan kembali untuk pembenaranku, dan terangkat ke surga, di mana Ia kini duduk di kanan Allah Bapa yang mahakuasa, dan terus-menerus bersyafaat bagi umat-Nya, dan memerintah seluruh isi dunia sebagai kepala atas segala sesuatu demi gereja-Nya: sehingga aku tak perlu lagi takut serta dapat mengerti dengan sungguh bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat merebut aku dari tangan-Nya dan tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan aku dari kasih-Nya.


9. Roh Kudus. Aku percaya bahwa penebusan yang dilaksanakan oleh Tuhan Yesus Kristus secara efektif diterapkan kepada seluruh umat Allah oleh Roh Kudus, yang mengerjakan iman di dalamku dan karenanya mempersatukan aku kepada Kristus, membarui seluruh keberadaanku seturut gambar dan rupa Allah, serta memampukan aku lebih dan lebih lagi untuk mati bagi dosa dan untuk hidup di dalam kebenaran; hingga tiba waktunya karya tak terperi ini disempurnakan di dalam aku, maka aku pun akan diterima di dalam kemuliaan: di dalamnya pengharapan agung itu berada—pada masa kini aku harus selalu berjuang untuk menyempurnakan kekudusan di dalam takut akan Allah.


10. Injil. Aku percaya bahwa Allah menuntutku, dalam kuasa Injil, pertama-tama untuk menyadari dosa dan sengsaraku serta menanggapi rahmat-Nya di dalam Kristus; aku pun kemudian harus berbalik dengan segala penyesalan dan rasa benci terhadap dosa; aku berteduh kepada Yesus Kristus semata-mata bagi keselamatanku: sehingga, ketika aku dipersatukan dengan Dia, aku dapat menerima pengampunan bagi dosa-dosaku dan diterima sebagai orang benar dalam pandangan Allah, semata-mata hanya oleh kebenaran Kristus yang diimputasikan kepadaku dan diterima hanya melalui iman: dan oleh karenanya aku yakin bahwa aku diterima dalam bilangan umat Allah dan memiliki segala hak istimewa sebagai anak Allah.


11. Perbuatan Baik. Aku percaya bahwa, setelah diampuni dan diterima oleh karena kebaikan Kristus, selanjutnya diwajibkan bagiku untuk berjalan di dalam Roh yang Ia telah berikan kepadaku, dan yang oleh-Nya kasih dicurahkan dengan berlimpah di dalam hatiku; untuk memenuhi utangku kepada Kristus Rajaku; dan dengan setia melaksanakan segala kewajiban yang dituntutkan bagiku oleh hukum yang suci dari Allah Bapaku yang di surga, dan selalu tercermin dalam hidup dan perilakuku, sebagaimana yang tercermin dalam teladan sempurna Kristus Yesus Pemimpinku, yang telah mati bagiku dan memberikan Roh Kudus-Nya sehingga aku dapat melakukan pekerjaan baik yang Allah telah persiapkan sebelumnya; Ia mau aku berjalan di dalamnya.


12. Gereja. Aku percaya bahwa Allah telah menetapkan Gereja-Nya di dalam dunia dan menganugerahinya pelayanan Firman dan titah kudus Pembaptisan, Perjamuan Kudus dan doa; agar melalui sarana-sarana ini, kekayaan anugerah-Nya di dalam Injil dapat dikenali di dalam dunia, dan—oleh berkat Kristus dan karya Roh Kudus dalam hal-hal tersebut, serta dengan menerima sarana-sarana itu—manfaat penebusan dapat diteruskan kepada umat-Nya: oleh sebab itu pula, hal ini diwajibkan kepadaku supaya aku berketetapan hati pada sarana-sarana ini dengan rajin, siap sedia, dan penuh doa, sehingga melalui hal-hal tersebut aku dapat diajar dan dikuatkan di dalam iman, di dalam kekudusan hidup dan di dalam kasih; dan bahwa aku akan memakai upaya-upaya yang terbaik untuk mengemban Injil tersebut dan menjadi duta bagi sarana-sarana anugerah itu ke seluruh dunia.


13. Masa Akhir. Aku percaya bahwa sebagaimana Yesus Kristus mula-mula datang di dalam anugerah, demikian pula Ia akan datang untuk kedua kalinya di dalam kemuliaan, untuk meghakimi dunia di dalam kebenaran dan menganugerahkan hadiah kekal-Nya kepada tiap-tiap orang tebusan; dan aku percaya bahwa apabila aku mati di dalam Kristus, maka pada waktu kematian jiwaku akan disempurnakan di dalam kekudusan dan akan pulang kembali kepada Tuhan; dan tatkala Ia akan kembali dalam kemegahan-Nya, aku akan dibangkitkan dalam kemuliaan dan disempurnakan dalam keadaan yang terberkati, dalam kepenuhan kenikmatan untuk bersekutu dengan Allah hingga kekekalan; dan oleh pengharapan yang menguatkan iman inilah, maka diwajibkan bagiku untuk dengan sukarela mengambil bagian di dalam penderitaan di dunia ini sebagai tentara Kristus Yesus, dan aku yakin bahwa jika aku mati bersama dengan Dia, aku pun akan hidup bersama dengan Dia, jika aku bertahan sampai kesudahannya, aku akan turut memerintah bersama dengan Dia. Dan bagi Dialah, Sang Penebusku, bersama dengan Sang Bapa, dan Sang Roh Kudus, tiga pribadi, satu Allah, adalah kemuliaan selama-lamanya, dunia tiada berakhir. Amin, dan amin!



TERPUJILAH ALLAH!


18-08-08

Still Remember Deeeez???